Aktivitas
utama penguasa adalah mengurus rakyat. Segala urusan rakyat itu menjadi tanggung
jawab utama seorang penguasa. Untuk mengurusnya maka penguasa memberlakukan
aturan-aturan agar dilaksanakan oleh rakyatnya. Lantas bagaimana pengaturan
tersebut? "Hai orang-orang yang beriman, taatilah oleh kalian Allah, rasul, dan
ulil amri (penguasa) di antara kalian...." Ayat ke-59 dari surat an-Nisa di atas
menjelaskan bahwa kaum muslimin harus menaati pemimpin atau penguasanya.
Namun ketaatan tersebut hanya berlaku dalam konteks ketaatan kepada Allah SWT, bukan dalam konteks kemaksiatan kepada-Nya. Rasulullah SAW menjelaskan : "Tak ada ketaatan kepada orang yang tidak menaati Allah 'azza wa jalla." (HR Ahmad). "Tak ada ketaatan kepada makhluk dalam kemaksiatan kepada Allah." (HR Muslim).
Namun ketaatan tersebut hanya berlaku dalam konteks ketaatan kepada Allah SWT, bukan dalam konteks kemaksiatan kepada-Nya. Rasulullah SAW menjelaskan : "Tak ada ketaatan kepada orang yang tidak menaati Allah 'azza wa jalla." (HR Ahmad). "Tak ada ketaatan kepada makhluk dalam kemaksiatan kepada Allah." (HR Muslim).
Ketertiban dan keamanan dalam masyarakat dapat terjadi apabila adanya hubungan
yang harmonis antara penguasa dengan rakyatnya, berupa saling menasihati dan
saling menguatkan antara satu dengan yang lain. Di antara keduanya pun harus
memiliki kesadaran, bahwa pihak yang satu adalah seorang pemimpin, dan yang lain
adalah pihak yang dipimpin.
Contoh wujud kesadaran untuk mewujudkan hubungan yang harmonis antara pemimpin dan rakyatnya tampak pada pidato yang disampaikan oleh Abu Bakar ash-Shiddiq RA. Inilah pidato yang pertama kali beliau sampaikan ketika menjadi Khalifah, pengganti Rasulullah SAW: "Wahai manusia, sesungguhnya aku telah diangkat untuk menjadi pemimpin kalian, sementara aku bukanlah yang terbaik di antara kalian. Karena itu jika aku berbuat baik, maka dukunglah. Dan jika aku berbuat buruk, maka cegahlah. Taatilah aku selama aku menaati Allah dan rasul-Nya. Jika aku bermaksiat kepada Allah dan rasul-Nya, maka kalian tidak perlu menaatiku."
Sedangkan ketika menjadi khalifah, Umar bin Khaththab RA menyampaikan: "Wahai manusia, siapa saja di antara kalian yang melihatku menyimpang, maka luruskanlah aku."
Demikianlah betapa pentingnya sosok pemimpin yang memahami hubungan antara dirinya dengan rakyatnya. Seorang pemimpin adalah yang disukai rakyatnya dan bahkan mendoakannya, begitu pula sebaliknya ketika pemimpin itu menyukai mereka dan juga mendoakan rakyatnya. Dari Auf bin Malik al-Asyja'i, Rasulullah SAW bersabda, "Sebaik-baik pemimpin kalian ialah mereka yang kalian cintai dan mereka pun mencintai kalian; mereka mendoakan kalian dan kalian pun mendoakan mereka." (HR Muslim).
republika
Contoh wujud kesadaran untuk mewujudkan hubungan yang harmonis antara pemimpin dan rakyatnya tampak pada pidato yang disampaikan oleh Abu Bakar ash-Shiddiq RA. Inilah pidato yang pertama kali beliau sampaikan ketika menjadi Khalifah, pengganti Rasulullah SAW: "Wahai manusia, sesungguhnya aku telah diangkat untuk menjadi pemimpin kalian, sementara aku bukanlah yang terbaik di antara kalian. Karena itu jika aku berbuat baik, maka dukunglah. Dan jika aku berbuat buruk, maka cegahlah. Taatilah aku selama aku menaati Allah dan rasul-Nya. Jika aku bermaksiat kepada Allah dan rasul-Nya, maka kalian tidak perlu menaatiku."
Sedangkan ketika menjadi khalifah, Umar bin Khaththab RA menyampaikan: "Wahai manusia, siapa saja di antara kalian yang melihatku menyimpang, maka luruskanlah aku."
Demikianlah betapa pentingnya sosok pemimpin yang memahami hubungan antara dirinya dengan rakyatnya. Seorang pemimpin adalah yang disukai rakyatnya dan bahkan mendoakannya, begitu pula sebaliknya ketika pemimpin itu menyukai mereka dan juga mendoakan rakyatnya. Dari Auf bin Malik al-Asyja'i, Rasulullah SAW bersabda, "Sebaik-baik pemimpin kalian ialah mereka yang kalian cintai dan mereka pun mencintai kalian; mereka mendoakan kalian dan kalian pun mendoakan mereka." (HR Muslim).
republika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar