PADA masa Rasulullah, wanita memiliki semangat yang tinggi untuk turut serta dalam peperangan sebagai-mana kaum lelaki. Mereka tidak menyiakan-nyiakan setiap kesempatan untuk maju ke medan tempur bersama-sama menghadapi marabahaya dan meraih kemenangan.
Sayidah Aisyah merawat pasukan yang terluka dalam perang Uhud, ia mengisi kantong-kantong air dengan air minum, membawanya ke medan tempur serta membagi-bagikannya kepada tentara yang terluka. Ketika kantong air habis, ia mengisinya kembali dan membawa-nya kembal i ke medan tempur.
"Waktu itu ada enam orang perempuan, " kata Ummu Zaid yang berkesempatan pergi ke medan perang Khaibar dan mengirim informasi kepada Rasulullah. Kami melihat tanda-tanda ketidaksetujuan di wajah beliau atas keterlibatan kami.
"Atas ijin siapa dan dengan siapa kalian datang kemari?" tanya Rasulullah.
Denga n penu h hormat kami menjawab, "Wahai Rasulullah! Memang kami hanya bisa menenun, tetapi siapa tahu tenunan kami bisa sedikit berguna di medan perang. Di samping itu, kami membawa obat-obatan untuk pasukan yang terluka. Paling tidak kami bisa membawa-kan anak panah untuk pasukan pemanah. Kami bisa
menyediakan obat-obatan bagi yang sakit, mempersiapkan dan menyajikan makanan untuk para pasien. Akhirnya Rasulullah mengijinkan kami untuk tetap tinggal." []
menyediakan obat-obatan bagi yang sakit, mempersiapkan dan menyajikan makanan untuk para pasien. Akhirnya Rasulullah mengijinkan kami untuk tetap tinggal." []
(Dari: Abu Dawud: Hikayat-i-Sahabah, Zakaria)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar